"Saya ucapkan jazakumullah khoir untuk semua sahabat-sahabat saya yang telah menginspirasi dan merubah hidup saya...Tanpa kehadiran kalian, mungkin saya tetap akan menjadi manusia yang biasa-biasa saja...
note ini, saya persembahkan untuk semua sahabat saya yang turut berperan dalam merubah kehidupan saya kepada kebaikan...
Inilah memori tentang kita dulu... Tentang keangkuhanku dan kesabaranmu (sahabat) dalam menghadapiku..."
Aku sedang duduk menghadapnya. Kamu tahu siapa dia? Ya, dia temanku. Teman terbaikku yang seringkali membuatku sakit kepala dengan tingkahnya. Seperti kali ini, dia mengomel tak jelas di depanku. Keluhannya yang bejibun itu lho yang seringkali bikin migrain. Emangnya nggak ada kerjaan lain selain mengeluh dan menyalahkan? Haduhh… Nah kan, aku malah jadi ikut-ikutan ngeluh.
Ingin sekali aku menjitaknya, biar dia sadar kalau dia sukses bikin telingaku panas. Yeah, anggap saja jitakan itu sebagai reward atas kesuksesannya membuatku hampir meledak. Sekali lagi, hampir meledak! Itu tandanya sikapnya sudah keterlaluan. Itu masih nggak masalah (eh, tetep masalah dong!), yang bikin kepala makin nyeri tuing-tuing, dia itu nggak nyadar kalau perbuatannya–maaf– bikin orang susah tambah susah. Kyaaa…! Gimana caranya supaya dia sadar??!
Aku butuh kapas atau kertas atau gabus atau kain atau apalah yang penting bisa jadi penyumbat telinga. Suer deh, kalau lebih lama aku mendengar celotehannya yang sama sekali nggak berbobot itu, rambutku bisa keriting mendadak. Keriting mendadak gitu, aaahhh… nggak mauuuu…!!!
Please… enough! Cukup, kawan! Jangan katakan apapun lagi atau aku akan pergi! Pilih yang mana? Hayoo… pilih yang mana?!
Wuaaa… dia nggak mau diam! Ancamanku dianggap angin lalu. Iiiihh, please deh! Udah ngasih kuping kok masih juga dikacangin. Ampuuuun!!! What must I do?
Huft… Oke. Aku tetap di sini. Puas-puasin berceloteh, puas-puasin ngomel-ngomel. Tenang, telingaku masih kuat nemenin dua puluh empat jam penuh (Kamu kuat nggak ngomong segitu lamanya??? Kalau nggak kuat mending berhenti sekarang juga!). Aku nggak akan pergi. Aku nggak akan lari. (Paling-paling cuma tidur di sini, hehe… didongengin sih).
