Selasa, 08 Januari 2013

TRUE OF LOVE

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

yupz,salah satu penggalan  OST dari Habibie Ainun yang film nya saat ini sedang booming di bioskop..
Udah nonton Film Habibie & Ainun belum...??
wahhh,kalian ga gaul... :P
dari ibu Ainun yang diperankan Oleh Bunga Citra Lestari yang disitu diceritakan rasa cinta dari Ainun kepada Habibie adalah cinta sejati yang menentramkan, menjaga cinta itu setulus hati, cinta bukan karena materiil, bukan karena Nafsu....

Senin, 05 November 2012

Please, SADAR DONG... !!! T__T

"Saya ucapkan jazakumullah khoir untuk semua sahabat-sahabat saya yang telah menginspirasi dan merubah hidup saya...Tanpa kehadiran kalian, mungkin saya tetap akan menjadi manusia yang biasa-biasa saja...
note ini, saya persembahkan untuk semua sahabat saya yang turut berperan dalam merubah kehidupan saya kepada kebaikan...
Inilah memori tentang kita dulu... Tentang keangkuhanku dan kesabaranmu (sahabat) dalam menghadapiku..."

Aku sedang duduk menghadapnya. Kamu tahu siapa dia? Ya, dia temanku. Teman terbaikku yang seringkali membuatku sakit kepala dengan tingkahnya. Seperti kali ini, dia mengomel tak jelas di depanku. Keluhannya yang bejibun itu lho yang seringkali bikin migrain. Emangnya nggak ada kerjaan lain selain mengeluh dan menyalahkan? Haduhh… Nah kan, aku malah jadi ikut-ikutan ngeluh.
Ingin sekali aku menjitaknya, biar dia sadar kalau dia sukses bikin telingaku panas. Yeah, anggap saja jitakan itu sebagai reward atas kesuksesannya membuatku hampir meledak. Sekali lagi, hampir meledak! Itu tandanya sikapnya sudah keterlaluan. Itu masih nggak masalah (eh, tetep masalah dong!), yang bikin kepala makin nyeri tuing-tuing, dia itu nggak nyadar kalau perbuatannya–maaf– bikin orang susah tambah susah. Kyaaa…! Gimana caranya supaya dia sadar??!
Aku butuh kapas atau kertas atau gabus atau kain atau apalah yang penting bisa jadi penyumbat telinga. Suer deh, kalau lebih lama aku mendengar celotehannya yang sama sekali nggak berbobot itu, rambutku bisa keriting mendadak. Keriting mendadak gitu, aaahhh… nggak mauuuu…!!!
Please… enough! Cukup, kawan! Jangan katakan apapun lagi atau aku akan pergi! Pilih yang mana? Hayoo… pilih yang mana?!
Wuaaa… dia nggak mau diam! Ancamanku dianggap angin lalu. Iiiihh, please deh! Udah ngasih kuping kok masih juga dikacangin. Ampuuuun!!! What must I do?

Huft… Oke. Aku tetap di sini. Puas-puasin berceloteh, puas-puasin ngomel-ngomel. Tenang, telingaku masih kuat nemenin dua puluh empat jam penuh (Kamu kuat nggak ngomong segitu lamanya??? Kalau nggak kuat mending berhenti sekarang juga!). Aku nggak akan pergi. Aku nggak akan lari. (Paling-paling cuma tidur di sini, hehe… didongengin sih).

Aku beri,Aku dapat.... ^__^


“Horeee…!!!!!”
Suara riuh kegirangan mereka menggema menggoyangkan seisi sekolah. Anak-anak itu berhamburan meninggalkan bangku belajar mereka di kelas, bertebaran di lorong, halaman, lapangan hingga kantin sekolah. Wajah-wajah ceria mereka menyenangkan dipandang mata.
Hm… ternyata belum berubah. Sudah menjadi hal yang wajar, jam istirahat menjadi waktu yang paling dinantikan para pelajar usai penat berjam-jam belajar. Kukira untuk hal ini bukan hanya mereka yang merasakannya, siswa SMP, SMA bahkan mahasiswa pun sama, seperti itu juga. (bagi yang merasa pelajar, hayo ngaku aja… >.
Mereka –anak-anak itu– walau guru belum menutup kegiatan belajar di kelas, begitu mendengar dering bel berbunyi, langsung saja berlari pergi. Sedikit menyebalkan sih, gurunya seperti tak dianggap. Tapi namanya juga anak-anak, selalu punya cara tersendiri untuk meluluhkan hati sang guru. Yups, betul! Wajah-wajah polos mereka, keceriaan mereka yang membuat sang guru tersenyum maklum menyaksikan polah tingkah mereka.

Aku di sini, duduk di taman sekolah. Sekolah kenangan tempatku belajar di tingkat sekolah dasar. Ya, di sinilah dulu aku menghabiskan enam tahunku menuntut ilmu pengetahuan dasar. Walau hampir semua bangunan sekolah sudah direnovasi, tak sulit bagiku membuka memori selama aku menempuh studi di sini. Masih tampak jelas masa kecilku sepuluh tahun silam belajar, bermain, berlarian, berkumpul dengan teman berbagi cerita dan pengalaman… banyak hal yang kulakukan seolah baru saja terjadi kemarin. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat….

“Wuaaa…!”
Bruuuk…! Dua bocah bertubrukan cukup keras dan terjatuh setelah salah satu dari mereka tak mampu mengerem laju larinya. Adegan berkejar-kejaran terhenti seketika, keadaan sekitar pun hening beberapa saat. Semua mata tertuju pada mereka –dua anak yang terjatuh itu.
“Maaf  Ren,” Ujar bocah yang menabrak, meringis kesakitan. “Aku nggak sengaja.” Tambahnya, menahan perih di siku dan lututnya. Beberapa kali dia mengusap kedua bagian itu, mengusir rasa sakit.

Sabtu, 20 Oktober 2012

sang Edelweiss (Menantikanmu)


Bahasa cinta, butuh waktu untuk dimengerti…
Sepuluh tahun berlalu dan baru kini kumengerti, mengapa dulu ayah memberikan ini padaku dan bukan yang lain.
Segenggam edelweiss ada di tanganku, edelweiss kering yang menjadi saksi kenangan manis sepuluh tahun silam.

Jumat, 19 Oktober 2012

Membangun Rumah dengan Sedekah


Siang ini aku melakukan perjalanan ke Tawang Mangu. Aku menggunakan bis umum yang bisa mengantarkanku hingga tempat tujuan.
Aku memilih duduk di kursi bis bagian tengah agak belakang. Baru saja aku menyandarkan punggungku di sana, sudah ada penyanyi yang siap beraksi di samping kursiku. Inilah pengamen pertama yang kulihat beraksi di bis yang kutumpangi. Dan terus saja, datang pengamen silih berganti menghibur penumpang, mengharap sedikit kepekaan penumpang untuk membagi receh yang mereka miliki kepada sang pengamen.